Maret 14, 2025

Cerdas, Mahasiswa Institut Teknologi Dan Bisnis Ahmad Dahlan Lakukan ini Di Desa Karehkel

BOGOR, MB1 II Irawan Suteja saat di temui Media Bhayangkara Satu menjelaskan, dirinya bersama tim telah menyelesaikan proyek pengembangan infrastruktur pedesaan di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Proyek yang berfokus pada Optimalisasi Infrastruktur Pedesaan Berbasis Partisipasi Masyarakat. Hal yang dilakukan ini berhasil mengimplementasikan program betonisasi jalan lingkungan untuk meningkatkan aksesibilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi desa karehkel.juga kegiatan ini sebagai bagian dari program, merdeka belajar kampus merdeka (MBKM )Minggu 23 Febuari 2025.

Kondisi Desa Karehkel

Desa Karehkel memiliki luas wilayah 420 hektar yang terbagi menjadi 5 dusun, 13 RW, dan 42 RT. Dengan jumlah penduduk mencapai 11.635 jiwa, desa ini memiliki potensi besar untuk berkembang. Namun, tantangan infrastruktur menjadi kendala utama dalam aksesibilitas dan mobilitas warga.

Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi jalan lingkungan di beberapa titik mengalami kerusakan parah. Jalan berlubang dan tidak terawat menyulitkan akses kendaraan dan pejalan kaki. Kondisi ini diperparah saat musim hujan dengan munculnya genangan air yang menyebabkan permukaan jalan menjadi licin dan berbahaya.

“Infrastruktur jalan yang buruk telah menghambat berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari distribusi hasil pertanian hingga akses ke fasilitas pendidikan dan kesehatan,” ujar Irwan Suteja saat memaparkan hasil analisis situasi desa.

Dampak Sosial-Ekonomi

Permasalahan infrastruktur jalan tidak hanya berdampak pada mobilitas warga tetapi juga berpengaruh signifikan terhadap aspek ekonomi. Distribusi hasil pertanian menjadi terhambat, biaya transportasi meningkat, dan nilai properti di sekitar jalan yang rusak mengalami penurunan.

Dari segi sosial, kesulitan akses ke fasilitas publik mengakibatkan terhambatnya kegiatan masyarakat. Risiko kecelakaan meningkat, terutama bagi pejalan kaki, lansia, dan penyandang disabilitas. Kondisi ini juga berpotensi menghambat penanganan situasi darurat seperti evakuasi medis oleh ambulans.

Implementasi Program Betonisasi

Proyek betonisasi jalan dilaksanakan melalui pendekatan berbasis partisipasi masyarakat. Tahapan kegiatan dimulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Pada tahap persiapan, kami melakukan survei lokasi, identifikasi kebutuhan, dan sosialisasi program kepada warga. Perencanaan teknis disusun bersama dengan tim ahli untuk memastikan kualitas konstruksi yang memenuhi standar.

“Keterlibatan masyarakat sejak tahap perencanaan menjadi kunci keberhasilan program ini. Kami memastikan bahwa solusi yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal,” jelas Irawan.

Pelaksanaan konstruksi dilakukan dengan sistem gotong royong yang melibatkan 30 warga desa. Betonisasi jalan berhasil menyelesaikan target sepanjang 750 meter dengan lebar rata-rata 1 meter dan ketebalan 0,5 meter. Penggunaan material berkualitas dan teknik konstruksi yang tepat memastikan hasil pekerjaan memenuhi standar keamanan dan ketahanan.

Capaian dan Dampak Program

Irawan Suteja menambahkan,Program betonisasi jalan di Desa Karehkel telah mencapai target 100% sesuai dengan rencana awal. Beberapa capaian utama meliputi:

1. Terbangunnya infrastruktur jalan beton yang berkualitas sesuai standar teknis

2. Terbentuknya tim pemeliharaan infrastruktur dari warga setempat

3. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan jalan

4. Terjalinnya koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan

Dampak positif dari program ini terlihat dari peningkatan mobilitas warga untuk aktivitas ekonomi, kemudahan akses ke fasilitas publik, penurunan biaya transportasi untuk distribusi hasil pertanian, serta peningkatan nilai properti di sekitar jalan yang dibetonisasi.

“Yang lebih penting lagi, program ini telah memperkuat modal sosial masyarakat melalui kegiatan gotong royong dan meningkatkan kapasitas teknis warga dalam pemeliharaan infrastruktur,” tambah Irawan.

Tantangan dan Pembelajaran

Meskipun berhasil mencapai target, pelaksanaan program tidak lepas dari berbagai tantangan. Cuaca yang tidak menentu sempat menghambat proses pengerjaan. Koordinasi antar pemangku kepentingan juga membutuhkan waktu penyesuaian. Ketersediaan material terkadang terhambat karena faktor transportasi.

Dari tantangan tersebut, kami mendapatkan pembelajaran berharga tentang pentingnya perencanaan yang lebih detail untuk antisipasi cuaca, komunikasi intensif dengan seluruh pemangku kepentingan, serta perlunya stok material cadangan.

Keberlanjutan Program

Untuk memastikan keberlanjutan program, kami telah membentuk sistem pemeliharaan rutin oleh masyarakat. Dokumentasi teknis juga telah disiapkan sebagai referensi pemeliharaan di masa mendatang.

“Kami tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun sistem dan kesadaran kolektif untuk menjaga fasilitas yang telah dibangun,” jelas Irawan.

Model pembangunan partisipatif yang diterapkan dalam program ini berpotensi untuk direplikasi di lokasi lain dengan karakteristik serupa. Pengalaman dan pembelajaran dari program ini dapat menjadi referensi bagi program pengembangan infrastruktur pedesaan di tempat lain.

Dukungan Institusi

Program ini tidak lepas dari dukungan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta melalui program MBKM dan bimbingan dari dosen pembimbing, Isnan Hari Mahardika, S.E., M.AK. Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program.

“Melalui program MBKM, mahasiswa berkesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di kampus untuk memecahkan permasalahan nyata di masyarakat. Ini sejalan dengan semangat merdeka belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Irawan.

Penutup

Program betonisasi jalan di Desa Karehkel menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif dalam pembangunan infrastruktur memberikan hasil yang optimal dan berkelanjutan. Keterlibatan aktif masyarakat tidak hanya memastikan kesesuaian program dengan kebutuhan lokal tetapi juga membangun rasa kepemilikan yang mendorong pemeliharaan infrastruktur di masa mendatang.

Sebagai mahasiswa, pengalaman ini memberikan pembelajaran berharga tentang penerapan ilmu dalam konteks nyata dan pentingnya kolaborasi multi-pihak dalam pembangunan. Semoga program ini dapat menginspirasi inisiatif serupa di daerah lain guna mendukung pembangunan infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan,” tutupnya.

 

 

 

( Rumly )