CIAMPEA – BOGOR – MB1 || Diera globalisasi ini persaingan dunia semakin ketat, Hari ini dunia sedang menghadapi Elnino, bahkan dibelahan bumi timur tengah sana sedang gencar adanya peperangan antar kelompok. Kendatipun demikian Pemdes BojongJengkol kecamatan Ciampea kabupaten bogor khususnya, Gerecep (gerak cepat) ajak masyarakatnya kembali menanam padi, pada, Jum’at, (1/12/2023)
Awaludin Ma’rifatullah, Kades Bojong Jengkol memaparkan kepada MB1 “Negara pengekspor beras akibat efek global. Hari ini dunia karena ada perang, Elnino, salah satu faktor penyebab Negara pengekspor beras ke Indonesia mulai off (dihentikan) harus kita pikirkan kedepan, kita juga mendengar keterangan dari Bapanas ( Badan Pangan Nasional ) dimedia televisi, elektronik, dan lainnya bahwa cadangan pangan (khususnya Beras)aman hingga desember 2023” Papar Kades Awaludin Ma’rifatulloh.
Ia melanjutkan “Saya sebagai kepala desa berkewajiban memikirkan mulai januari 2024 bagaimana mengantisipasi jika terjadi kelangkaan beras,yang sekarang dikonsumsi oleh kita 60-70 % impor dari tiga negara yakni:Thailand,Vietnam dan India,” Tuturnya.
“Oleh karena itu kita harus berupaya untuk bisa menyediakan pangan bagi masyarakat khususnya desa Bojongjengkol yang notabene memiliki 3173 kepala keluarga, kalau kita siapkan cadangan pangan yang 0,8 kg saja / hari,kita butuh 2.538 Kg / hari itu mutlak, dan jika dikalikan 30 hari berarti kita butuh cadangan beras kurang lebih 76 ton,” Ucapnya.
Awaludin Ma’rifatulloh menambahkan “mulai dari tanam padi sampai jadi beras itu butuh waktu 4 bulan,maka 76 tonĂ—4 bulan = 305 ton itu yang harus kita pikirkan, sekarang bagaimana caranya agar pangan kita aman, sebab program ketahanan pangan itu mewajibkan Kepala Desa untuk melaksanakan amanatnya, 3 hal pokok tujuan diantaranya :
1. ketersediaan pangan
2. keterjangkauan pangan.
3. Stabilitas pangan itu sendiri.
” Ada uang tapi tidak ada pangan (beras), sekalinya ada masyarakat kami harus membeli ke wilayah lain, itu riskan bagi kita,” ucapnya
Dirinya mengaku dalam Tiga tahun ini pihaknya turun ke petani “kenapa mereka merubah varian jenis pangan dari tanam padi, aksodus besar-besaran ke palawija, setelah kita telusuri ternyata karena tiga faktor,” pungkas nya
1. pupuk mahal
2. bibit mahal
3. gabah murah.
“Dan teryata mereka tidak sertamerta berpindah dari tanaman padi ke palawija, karena salah satu faktornya adalah lahan-lahan mereka disewakan kepada Raja Palawija. Otomatis jadilah lahan palawija. Sebagai Kepala Desa saya harus menjawab bagaimana masyarakat bisa pindah bertani padi kembali” Ucapnya.
Sisi lain Kades Bojongjengkol “Ada lahan 40 ha dari 212 ha yang ada di desa Bojongjengkol, “kita kembalikan menanam padi. Saya jamin kepada mereka kalau mau kembali ke padi maka bibitnya tidak usah beli, nanti akan kita pasok melalui program ketahanan pangan,” ujarnya
Dalam hal ini kita akan bekerjasama dengan UPT, Dinas pertanian Kabupaten bogor, para petani diwajibkan untuk dibuatkan Kartu Tani. Itu sangat membantu mereka untuk mendapatkan pupuk yang dibutuhkan secara subsidi ” Ucapnya.
Selanjutnya petani dilarang jual gabah, mereka harus jual beras karena jika jual gabah, petani hanya mempunyai satu produk yaitu gabah.
Tapi dengan menjual beras mereka akan mempunyai 3 produk yang bisa mereka jual,yakni : beras, dedak halus, dedak kasar (sekam). Karena yang dua ini masih ada nilai ekonomisnya, dedak halus bisa dijual ke peternak hewan, sedangkan dedak kasar (sekam) masih bisa dijual ke peternak ayam buras, itu bisa menutupi operasional ” Katanya.
“Akan kita siapkan pula penggilingan padi disana untuk memenuhi kebutuhannya,agar tidak menjual gabah akan tetapi menjual beras dan berasnyapun untuk kebutuhan masyarakat bojongjengkol itu sendiri, “katanya
” Adapun bagi warga yang tidak memiliki lahan,ada satu program yaitu:Keluarga Mandiri Pangan,dengan anggaran ketahanan pangan tahun 2024 kita alokasikan dua program tadi,pertama 40 ha kembali ke padi,kedua program keluarga mandiri pangan,ada 2741 rumah akan diberikan 100 pics polibag / rumah,berarti kita akan alokasikan 270.000 pics polibag,agar menanam padi di halaman masing-masing sesuai data yang kita punya”.
” Kita singkronkan dengan anggaran yang ada cuma 20 % itu tidak cukup bagi kami,bila perlu 100% dianggarkan untuk program ketahanan pangan.Kita betul-betul ingin terlepas dari ketergantungan,ketakutan.Bagaimana nanti kedepan kalau betul-betul beras tidak ada” Tutup Kades Bojongjengkol Awaludin ma’rifatulloh.
(Hendrik Hidayat)
More Stories
Drs Eddy Binendyk Apresiasi Kepemimpinan Walikota Dan Wakil Walikota Manado “Infrastruktur Semakin Baik”
Seminar Sehari Penanganan Konflik Sosial
Progres Pembangunan Ruang Praktik Siswa, SMKS Kristen YPKM Manado ” Tahap Finishing, Target 15 Desember Tuntas