Brigjen TNI Purn dr Ismi Purnawan: Wartawan adalah Pancaindra Demokrasi

JAKARTA, MB1 II Malam puncak Hari Ulang Tahun ke-3 Pro JurnalisMedia Siber (PJS) yang digelar di Best Western Hotel & Convention Kemayoran, Jakarta, Selasa malam (13/5/2025), menjadi panggung penghargaan bagi para tokoh yang dinilai berkontribusi besar dalam mendukung kemerdekaan pers dan kerja jurnalistik. Rabu (14/5/2025).

Salah satu penerima PJS Award 2025 adalah Brigjen TNI (Purn) dr. Ismi Purnawan, seorang tokoh masyarakat asal Bangka Belitung yang juga dikenal sebagai dokter sekaligus pegiat dunia informasi sejak masa mudanya.

Dalam sambutannya, dr Ismi menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya atas penghargaan yang ia terima. Ia menyebut anugerah ini sebagai bentuk pengakuan terhadap komitmennya dalam mendukung kerja-kerja jurnalistik yang objektif dan profesional.

“Alhamdulillah, pada malam hari ini saya mendapatkan anugerah yang luar biasa,” ucapnya di hadapan para tamu undangan.

Ia mengakui, di tengah berbagai spekulasi publik, termasuk anggapan bahwa penghargaan semacam ini bisa bermuatan pencitraan, ia memilih untuk tetap menjunjung tinggi nilai penghormatan terhadap profesi wartawan.

dr Ismi mengaku tidak asing dengan dunia pers. Ia bercerita bahwa sejak menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri), ia telah aktif menulis dan bahkan menjadi salah satu perintis tabloid FK Unsri serta sempat menjadi pimpinan redaksi.

Pengalaman tersebut membentuk cara pandangnya terhadap pentingnya peran wartawan sebagai penyambung informasi yang sehat kepada masyarakat.

“Wartawan bagi saya bukan sekadar penyampai berita. Mereka adalah pancaindra masyarakat. Mata yang melihat, telinga yang mendengar, hidung yang mencium, lidah yang mengecap, dan kulit yang merasakan. Semua fungsi itu melekat pada wartawan yang bekerja dengan objektif dan transparan,” tegasnya.

Lebih jauh, dr Ismi menekankan bahwa jika dirinya diberikan amanah untuk memimpin sebagai Wali Kota, maka wartawan akan menjadi bagian penting dalam sistem pengawasan pemerintahannya.

“Kalau saya terpilih jadi wali kota, wartawan itu adalah mata saya, telinga saya, lidah saya, dan kulit saya untuk merasakan langsung apa yang terjadi di masyarakat. Wartawan adalah mitra yang membuat tidak ada dusta di antara kita,” kata dia, disambut tepuk tangan hadirin.

Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga marwah dan profesionalisme dalam dunia jurnalistik.

Menurutnya, wartawan yang benar-benar memegang teguh kode etik dan kompetensi tidak akan bisa disuap atau diarahkan untuk memberitakan yang tidak sesuai fakta.

“Wartawan yang profesional akan mempertahankan harga dirinya. Sama seperti dokter, kalau tidak kompeten, tidak boleh praktik. Maka wartawan pun harus diuji, harus punya sertifikasi. Itu tanda bahwa mereka bukan wartawan asal-asalan,” ujarnya.

Mantan jenderal yang dikenal rendah hati ini juga menepis anggapan miring yang kadang dialamatkan pada pers. Ia menyebut bahwa ketakutan terhadap wartawan justru muncul karena adanya ketidakjujuran dalam praktik pemerintahan atau bisnis.

“Kalau kita terbuka, jujur, dan bekerja sesuai aturan, maka tak ada yang perlu ditakuti dari wartawan. Justru kita harus bersahabat dengan mereka,” tambahnya.

Sebagai penutup, dr Ismi kembali mengapresiasi para insan pers yang telah menjaga integritas dan objektivitas di tengah derasnya arus informasi dan tantangan digitalisasi.

Ia berharap, kemitraan antara tokoh masyarakat, pemerintah, dan media terus terjalin dalam semangat transparansi dan pembangunan.

“Sekali lagi, hidup wartawan! Mari kita jadikan profesi ini tetap bermartabat dan menjadi pengawal kebenaran,” tutupnya.

Penganugerahan PJS Award 2025 ini menjadi bukti bahwa kerja jurnalistik yang jujur, kritis, dan berintegritas masih mendapatkan tempat di tengah masyarakat.

Dan sosok seperti dr Ismi Purnawan hadir sebagai bukti bahwa pemimpin masa depan yang memahami pentingnya peran pers adalah kebutuhan mutlak salam demokrasi.

(KBO Babel/MB1)